
Tuesday, 30 October 2007
29 Oktober 2007 di kamar
rumus dalam buku fisika setebal 554 halaman itu
belum kutelan juga
(tanpa kopi karena kekasihku pergi)
aku ngantuk sampai gila
kepalaku kini mencumbu bantal
(buku fisika masih terkulai)
"mari bermimpi bersama sejenak, sayang"
aku ngantuk sampai . .
Saturday, 27 October 2007
klimaks
gairah peluhku mendera
bagai bercinta dengan surya
sedang nafasku didetak waktu
yang tak hentinya mencumbu pilu
aku menyerah
terpaku kaku pada sang angkuh
ia yang mencuri mahkotaku.
Pamulang,27 Agustus 2006
kesayang
Engkau binar yang tetap, kesayang..
Meski engkau cinta yang hilang
Aku mencarimu
Aku mendambamu
(Kembalilah
Terserah dengan syarat
Namun jangan isyarat
Karena aku akan sangat ketakutan menjelang
Aku takut meluka lagi
Meluka mu
Juga meluka ku)
Teriakkan, kesayang!
Tentang kecewamu
Karena ketika kau berjalan di atas air yang gemerlap oleh pantulan bintang-bintang..
Pelita itu membelah di antara kedua kakimu.
290707
BUKAN, HANYA AKU
Ini bukan puisi untuk dia yang dicinta
bukan rayu dan pujian bombastis tentangnya
bukan apa-apa
hanya aku tertantang oleh kejujuran
untuk menyelam kesendirian
yang selalu kuakui: dinamis
mungkin dunia tak akan pernah bisa
menjabarku dalam bahasa manusia
tampak sisi lainku yang bicara
tak perlu mereka tahu apa yang tak ku tahu
tapi ku rasa
begitulah, ku terhanyut..
oo.oo - 22 Juni 05
Sepinta untuk Maha
: Maha
Maha,
(maafku mengelu..)
ajakku bercinta
di kelambu esaMu
Maha,
Kemarin ia mengadu
Mata api menyala beku
Bunda hanya canda,
“ada Maha dalam ceritamu..”
Maha,
8 November 2004
Penyair Nyengir yang Hilang dalam Puisi Malaikat Kecilnya
: Dearest Ompin
Kembali pada yang lalu..
Sejarah yang tertuang tanpa saksi
Hanya kita yang mengerti
Kini sedang bercerita bisu pada Awal kita dapat tertawa
Penyair Nyengir, telah cukup lama berdiam diri
Malaikat kecil sibuk mencari puisi dalam secangkir kopi
Mungkin dunia sedang berhenti berputar
Bersiap untuk besok yang akan mengantar
Menunggu?
Mungkin dapat kembali ;)
Selasa, 26 Oktober 2004
Nostalgia: dahulu, sekarang.. dan masa depan
Seperti mimpi pada air mataku dahulu
(ini de javu)
Sentuhan,
Kurasa sama mendera bathinku
Isyarat luka
Membisik kala senandung cinta
Membelai raga, rohaniku meminta
Begitu, dahiku terpaku dalam tanah
Belum juga terlepas
Hampir tertanam jika bayang lagi datang
Meraja kelam menyatu denganku
Ini pelukanku
Terimaku menjamahmu
Selasa, 26 Oktober 2004